Apa Itu Ray Tracing dan DLSS?
Ray tracing pada Minecraft (sumber: PCWorld dari NVIDIA)
Bagi kalian para penikmat game, terutama di PC alias komputer desktop dan laptop, pastilah sudah pernah mendengar istilah ray tracing. Sebenarnya apa sih ray tracing? Singkatnya, ray tracing adalah sebuah metode pencahayaan lingkungan tiga dimensi (3D). Perusahaan pembuat prosesor grafis NVIDIA adalah yang pertama kali menawarkan fitur grafis ini untuk lini produk dengan arsitektur terbarunya, Turing (RTX), yang diumumkan pada pameran Gamescom tahun 2018 silam.
Menggunakan ray tracing, setiap untai cahaya akan di-render secara real-time dan memiliki karakteristiknya masing-masing. Bayangkan berapa banyak untai cahaya yang harus dirender hanya dalam satu scene. Area permainan yang minim cahaya atau tidak terkena cahaya sama sekali juga akan ditampilkan secara realistik; bayangan obyek-obyek dalam game tidak melulu gelap secara monoton. Bukan hanya itu, ray tracing ini juga menjamin obyek-obyek pada lingkungan 3D akan memantulkan, membiaskan, atau menyerap cahaya sebagaimana di dunia nyata. Semua itu bakal membuat kita semakin betah untuk meninggalkan realitas dan menyimak layar komputer selama berjam-jam, atau mungkin berhari-hari.
Ray tracing off vs on pada game Control
Pada komponen prosesor grafis sendiri harus terdapat modul khusus yang disebut RT Core untuk dapat melakukan komputasi ray tracing. Core ini tidak terdapat pada arsitektur prosesor NVIDIA sebelumnya--hanya dimiliki oleh seri RTX ini. Sudah pasti komputasi ray tracing ini butuh tenaga pemrosesan yang cukup besar. Sebelum adanya teknologi ray tracing, game-game umumnya menggunakan proses yang disebut rasterization dengan shader untuk merepresentasikan obyek 3D berikut efek-efek pelengkap ke dalam gambar dua dimensi yang kalian lihat di layar monitor.
Masih sedikit game PC yang mendukung fitur ray tracing, diantaranya Battlefield V, Shadow of the Tomb Raider, Metro Exodus, Minecraft, hingga Cyberpunk 2077 yang rencananya akan dirilis April 2020 mendatang. Untuk platform konsol, masih belum bisa dipastikan dukungan atas fitur ini pada Xbox seri X dan PS5. Apalagi, sejauh ini fitur ray tracing belum bisa diimplementasikan dengan mudah; para pengembang game dan desainer grafis kerap kali harus meminta bantuan langsung dari pihak NVIDIA untuk mengatasi berbagai kendala teknis dan keterbatasan lainnya. Dari semua game yang menyediakan opsi ray tracing ini, belum ada yang berhasil menerapkannya dengan optimal. Paling-paling diterapkan hanya untuk satu aspek saja, misalnya bayangan. Dan akhirnya, demi menikmati fitur ray tracing ini, komputer kalian dijamin bakal terengah-engah untuk mencapai 60 frame per detik, itupun setelah harus men-downgrade opsi grafis lainnya, kecuali komputer kalian benar-benar top-of-the-line.
Untuk dapat menikmati fitur ini, kalian harus merogoh kocek yang lumayan. Hingga hari ini, prosesor grafis RTX NVIDIA masih merupakan produk kelas sultan, mulai dari RTX 2060 yang paling terjangkau (sekitar 5 jutaan untuk versi vanillanya) hingga Titan RTX. Itupun harus disandingkan dengan perangkat keras lain (misal CPU dan RAM) yang sesuai. Khusus seri RTX, NVIDIA menggunakan metrik baru untuk mengukur performa keseluruhan kartu grafis, yaitu RTX-OPS (dalam satuan Tera). Berikut daftar prosesor grafis NVIDIA seri RTX per Januari 2020 lengkap dengan kapasitas memori dan skor RTX-OPS (merek Quadro untuk workstation tidak disertakan).
- Titan RTX, 24GB GDDR6
- RTX 2080 Ti, 11GB GDDR6, 76T RTX-OPS
- RTX 2080 Super, 8GB GDDR6, 63T RTX-OPS
- RTX 2080, 8GB GDDR6, 57T RTX-OPS
- RTX 2070 Super, 8GB GDDR6, 52T RTX-OPS
- RTX 2070, 8GB GDDR6, 42T RTX-OPS
- RTX 2060 Super, 8GB GDDR6, 41T RTX-OPS
- RTX 2060, 6GB GDDR6, 37T RTX-OPS
Selain ray tracing, terobosan lain yang ditawarkan seri RTX ini adalah super sampling berbasis deep learning (DLSS / Deep Learning Super Sampling). Sederhananya, menggunakan DLSS ini setiap frame akan di-render pada resolusi rendah. Core khusus pada kartu grafis akan melakukan semacam manipulasi gambar yang membuatnya terlihat lebih baik secara visual (meskipun tidak sebaik jika dirender dengan resolusi tinggi). Karena deep learning melibatkan apa yang disebut fase latih (training), otomatis NVIDIA butuh banyak sekali gambar pre-release dari setiap game untuk pemodelan. Hasil pemodelan ini akan didistribusikan ke tiap komputer pengguna lewat pembaruan driver. Tujuan dari DLSS ini adalah sebagai penawar performance-loss akibat diaktifkannya fitur lain seperti ray tracing yang haus tenaga pemrosesan, sehingga harapannya nanti, gamers bisa menikmati fitur-fitur itu tanpa harus merasakan performance-loss yang ekstrim.
Saingan utama NVIDIA yaitu AMD masih belum merilis produk sejenis sebagai tandingan dan pengendali harga. Segmentasi konsumen seri RTX ini masih sepenuhnya berada di tangan NVIDIA. Kapan ray tracing ini bakal jadi fitur umum seperti tesellation atau ambient occlusion (AO), kita tunggu saja, atau membeli GTX seri 16 yang juga menggunakan arsitektur Turing tanpa kemampuan ray tracing. Saya sendiri masih tabah dengan performa GTX 1070 di komputer kesayangan.